RESENSI : Film 3 Alif Lam Mim

Penulis : Masruri Fawaid*

A.    Identitas Film

1.      Judul film       : 3 Alif Lam Mim

2.      Sutradara        : Anggy Umbara

3.      Produser         : Ari Untung

4.      Penulis naskah: Anggi Umbara

5.      Pemain           :

NO

AKTOR/AKTRIS

TOKOH

1.

Cornelio Sunny

Alif

2.

Abimana Aryasatya

Herlam (Lam)

3.

Agus Kuncoro

Mimbo (Mim)

4.

Prisia Nasution

Laras / Kapten Nayla

5.

Tika Bravani

Gendis

6.

Cecep A. Rahman

Guru Silat

7.

Piet Pagau

Kol. Mason

8.

Teuku Rifnu Wikana

Kapten Rama

9.

Donny Alamsyah

Letnan Bima

10.

Arswendy Bening Swara

Kyai H. Muklis

11.

Verdi Solaiman

Reza/Reporter

12.

Tanta Ginting

Tamtama

13.

Bima Azriel

Gilang

14.

Qausar HY

Alif Remaja

15.

Ravil Prasetya

Herlam Remaja

16.

Reza

Mimbo Remaja

17.

Jonet

Marwan

18.

Yudistira

Samir

19.

Panca Prakoso

Chandra

20.

Bounty Umbara

Bono

21.

Tino Sardenggalo

Politikus

22.

Arie Untung

Kepala Sekolah Gilang

23.

Fenita Arie

Moderator

24.

Vie Febrina

Ratih

25.

Dario Rashad Malarian

Anak Ratih

 

6.      Genre             : Action, Mystery, Adventure

7.      Studio             : Fam Pictures dan Multivision Plus

8.      Durasi            : 125 menit

B.     Sinopsis

Jakarta 2035 kasus terorisme kian merajalela dengan mengangkat nama agama sebagai factor utama. Setelah mengalami revolusi karna krisis terorisme yang terjadi, Indonesia menganut sistem Liberal Modern yang menuntut masyarakatnya bebas dari doktrin agama yang dianggap dapat membahayakan kemanan dan persatuan bangsa.

Alif (Cornelio Sunny), Lam (Abimana), dan Mim (Agus Kuncoro) merupakan tiga sahabat yang sama-sama belajar beladiri silat di padepokan atau pondok pesantren Al-Ikhlas. Saat remaja ketiganya memutuskan untuk memilih jalannya masingmasing. Alif, seorang idealis yang ambisius memilih menjadi aparat negara, ia ingin membasmi segala bentuk kejahatan. Keinginannya ini timbul sebab orangtuanya meninggal oleh para teroris. Lam, seorang yang juga idealis memilih menjadi jurnalis yang bisa menyebarkan kebenaran melalui tulisan. Sedangkan Mim, seorang fundamentalis memilih untuk menetap di pondok Al-Ikhlas dan mengabdi kepada Kyainya. saat dewasa, ketiganya dipertemukan kembali pasca terjadi pengebomam di sebuah kafe di Jakarta yang melibatkan terbunuhnya kekasih Alif, Laras (Prisia Nasution).

Kasus bom di Candi Café membuat Alif dan Mim kembali bertemu sebagai dua sisi yang berlawanan, untuk mencegahnya Lam terus berusaha mencari fakta yang sebenarnya. Namun perpecahan tidak terelakkan sehingga membuat Kyai H Muklis menyerahkan diri sebagai tersangka dalang pengeboman Candi Café.

Akibat dari sikap konfrontasi yang ditunjukkan Lam terhadap instansi dengan berusaha mengungkap kebenaran, keluarganya dibunuh oleh pasukan khusus yang ditugaskan untuk menghilangkan semua orang yang berpotensi menghalangi rencana pemerintah. Kejadian ini kemudian membuat Alif Lam dan Mim kembali bersatu untuk mengungkap kebenaran di balik semua peristiwa yang terjadi.

          Dalam pertemuannya bersama Kolonel Mason terungkaplah dalang dibalik semuanya, organisasi bernama The Order yang berada di belakang pemerintahan berusaha mengendalikan perdamaian dengan menciptakan musuh-musuh baru bagi bangsa menggunakan kedok terorisme dari Agama Islam sebagai senjatanya.

          Di waktu yang bersamaan, konferensi pers yang diadakan adalah bagian dari rencana selanjutnya untuk menghilangkan satu-satunya penghalang utama bagi pemerintah dalam menjalankan rencananya yaitu Kyai H Mukhlis dengan cara mengutus seseorang dengan paham liberal anarkis untuk melakukan bom bunuh diri di lokasi. Beruntung, Kyai H Mukhlis dan Mim selamat dari kejadian.

          Film ini kemudian diakhiri dengan kematian Kolonel Mason dan Tamtama yang merupakan utusan The Order setelah terungkapnya bukti bahwa aparatur negara berada dibalik kasus pengeboman dan terorisme yang terjadi. Namun ternyata tidak cukup sampai disini, pimpinan The Order mengatakan bahwa ini baru awal dari perang yang sesungguhnya, permainan baru saja dimulai.

 

C.    Kelebihan Film 3 Alif Lam Mim

Dari berbagai aspek film ini hampir bisa dikategorikan sempurna. Premis cerita yang sangat menarik dan banyaknya plot twist yang tersedia sepanjang alur cerita membuat film ini layak untuk mendapatkan rating di atas rata-rata. Sinematografi yang apik dan koreografi yang sangat rumit namun bisa dimainkan dengan baik.

Anggy Umbara telah berhasil mengangkat  cerita yang luar biasa ke dalam sebuah pertunjukan layar lebar. Meskipun pada akhirnya, film ini cukup menuai kontroversi karena cerita yang diangkatnya sehingga membuat pemerintah menarik film ini dari penayangannya di seluruh bioskop di Indonesia pada minggu pertama.

Namun justru hal inilah yang kemudian membuktikan bahwa komposisi cerita yang diangkat  oleh Anggy Umbara berhasil menarik perhatian dari seluruh penontonnya dan mendapatkan beberapa penghargaan dari beberapa Industri Perfilman di Indonesia.

 

D.    Kekurangan Film 3: Alif Lam Mim

Kelemahan yang cukup tampak dalam film ini terletak pada CGI yang masih sedikit kaku dan kasar, namun hal ini bisa dimaklumi melihat biaya yang dilakukan untuk produksi film ini tidak cukup besar untuk bisa menghasilkan processing CGI yang sempurna.

Selain itu, kekurangan lain yang ada pada film ini terletak pada pembawaan beberapa karakter yang kurang menjiwai perannya khususnya beberapa pemeran sampingan yang tidak memiliki pengaruh besar namun menjadi kunci dalam beberapa adegan, dan kurangnya pendalaman cerita pada karakter Laras sehingga latar belakangnya tidak begitu diketahui dengan jelas selain melalui penjelasan dari ayahnya sendiri yaitu Kolonel Mason.

Selebihnya tidak ada lagi kekurangan dari film ini, bahkan semua kekurangan ini mampu ditutupi dengan beberapa kelebihan yang lain, khususnya premis cerita dan plot twist yang ada disepanjang alur ceritanya.

 

E.     Pesan yang terkandung

Sosok Alif, Lam, dan Mim merepresentasikan idealisme dalam memegang teguh nilai kebenaran. Ketiganya memiliki substansi kebenaran dan cara yang berbeda dalam menyalurkan dan menyebarkan kebenarannya masing-masing. Namun konfliknya, kebenaran yang mereka yakini dan cara yang dianggap tepat yang mereka ambil menggoyahkan hati mereka tentang mana yang benar dan apa itu kebenaran. Aparat negara yang dibanggakan Alif sebagai penebar kebenaran ternyata sumber dari kekacauan. Dunia jurnalisme yang digunakan Lam sebagai alat menyebarkan fakta dan kebenaran nyatanya penuh dengan kebohongan bahkan cenderung menjadi boneka aparat negara. Sedangkan Mim yang setia mengabdikan diri di pondok pesantren dan menyebarkan kebenaran ajaran agama malah didesak oleh dua kesalahan terbesar Indonesia yakni aparat negara dan media.

Proyeksi kehidupan berbentuk tiga dimensi, sehingga untuk memahaminya secara keseluruhan kita perlu melihat satu titik dari tiga sudut yang berbeda. Karena tidak cukup dengan melihat dari satu sudut pandang yang kita anggap benar kita bisa mengambil kesimpulan untuk memutuskan benar atau tidaknya sesuatu.

(*Penulis merupakan Awardee Bright Scholarship POLIJE)

 

 

Komentar

Postingan Populer